Kamis, 27 Agustus 2009

lagu "cipt:band tmnkoe..."

kuteringat tentang dirimu
diwaktu itu
siapa yang duduk disampingku
kau pura -pura malu
kau,,,lah wanita
yang bisa membahagiakanku
mau engkau menjadi
teman dalam hidup ini
itu siapa??
ini aku,,yang selalu menjagamu
hati ini,,takkan ragu
akan cintaku
kepadamu
yang slama ini kucari
ternyata ada disini
kau lah wanita,,
yang bisa membahagiakanku
mau engkau menjadi teman dalam hidupku ini

Selasa, 25 Agustus 2009

AKU karya Chaeril Anwar

"Aku!
Kalau sampai waktuku
kumau tak seorang kan merayu
tidak juga kau
tak perlu sedu sedan itu
aku ini binatang jalang
dari kumpulannya terbuang
biar peluru menembus kulitku
aku tetap meradang menerjang
luka dan bisa kubawa berlari,
berlari
hingga hilang pedih peri
dan aku akan lebih tidak perduli
aku mau hidup seribu tahun lagi."

KAU pUJaan yaNG terinDAh

kasih,,,apa kabar,,,,dirimu di sana...?
aku di sini selalu menunggu hadirmu
aku berdoa slalu
agar senyumanmu tak luput dari hidupku
kau pujaan hati
dalam malam aku ada
dalam hari hari aku ada
mengertilah keadaanku
dan kupahami slalu artimu
semoga Tuhan melindungimu
aku berdoa stiap waktu
dan kita berdua dapat bersama kembali
memadu kasih
memadu mahligai impian
yang selalu kita bina
aku sayang dirimu
kembalilah,,sayangku,,
dalam pelukku
aku di sini slalu bersama hatimu
dan kita kan berjumpa di hari dimana kita menempuh hidup baru,,

pETuALANG CintA ^_^

kulintasi alam cinta
yang tertinggi
tak henti langkah ini
yang ingin selalu menyentuh
sayap-sayap cintamu
aku berharap ada genggaman
yang tak pernah lepas,,
peluk aku,,yang bisa menyentuhku
cium aku,,yang bisa mengecupku
dan aku petualang cinta,,
yang enggan menerima
cinta kedua
dan balaslah cinta dari petualang ini,,,,
dan sebelum cinta ini tumbuh
tuk mentari yang menyinari
dilain hari,,
semoga kau tahu isi hatiku ini,,,
dan aku hanya petualang cinta
menari di atas ayat-ayat cinta
yang harapan menjadi nyata
aku coba
aku rangkul kasihmu,,
balaslah cintaku
mengapa kau abaikan cintaku,,
aku coba membalas cintamu
aku coba pahami inginmu,,,
namun aku hanya petualang cinta
yang ingin temukan cinta yang ada
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,



Jan9aN pisaHKaN, , ,

biar,,cinta,,terhalang gunung dan samudera, ,
aku,,tetap memegang janjiku padamu,,
biar,,jurang yang terjal ada di depanku,,
tak kan goyah,,sumpahku kepada dirimu
kita bagai kumbang dan bunga,,hatiku pasti
hatimu jua
namun,,mengapa ada saja yang benci tulus cinta kita,,,

jangan pisahkan aku dan dia
Tuhan tolonglah
kucinta dia
biarkan kami tetap bersama
di dalam suka dan duka,,,

"terpancar cahaya cintanya,,saat kutatap matanya
bagai permata kemilaunya
memukau hati,,sanubari,,seketika,,,,
lamunanku tersentak
hasratku merontak
gemuruh rasa
terpaku sukma
terpana senyuman
yang penuh misteri
siapa gerangan sang pangeran cinta
kukejar cinta pangeran impian
kuterus berlari
aku coba menangkap bayang2nya
diantara,,kembang seroja harum cinta,,,
pangeran cinta,,,,pasti cintakan bersua,,,"




Senin, 24 Agustus 2009

Jalan,,Panjang,,,,
terbentang di depan langkah kehidupan
bersamamu kuarungi semua
badai sedih
hanya lara yang selalu ada
bersamamu kasih
tiada rasa takut di dalam hatiku,,
meski purnama,,
berhenti menyinari dunia ini,,
cintaku padamu slalu ada
di dalam dirimu kutemukan teduhnya hidupku
dirimu seperti sungai yang mengalir
diterik hatiku,,,
di dalam dunia,,ada banyak kepalsuan
hiburlah diriku bila aku lelah,,,
jalan panjang masih terbentang
di depan,,,
kuatkan hatiku untuk melangkah,,,
jalan mana menanti diriku kekasih,,,

rangkul daku dalam cintamu,,,,,,,dialah lelaki ku,,yg sejati,,,,,

dan kau kekasihku tersayang,,,aku tak kan menyia-nyiakanmu,,,kau hidupku,,,,akan aku buktikan kepada dunia bahwa kita sebagai pasangan yang penuh cinta,,,akan kubuat dunia iri dengan cinta kita yang sederhana ini,,,dan orang lain pun tak kan memiliki cinta seperti kita,,,tak akan ada,,,,,,

SheiLA

SheilA,,,bila kau terluka
akupun tersiksa
betapa besar cinta kita
yang telah terbina
namun terhalang dinding pemisah
begitu tingginya
sheiLA,,,
kini terbelenggu
dimata mereka hanya intan dan permata
aku tak punya harta dan benda,,
mungkin akan membuat sengsara
lalu kucoba bertanya
untuk apa,,cinta kita,,,
sekian lama kita bina,,
hanya berbuah derita
sHEiLa,,,
tabahkanlah,,suratan didirimu,,,
sheiLA,,relakanlah
kita harus berpisah,,,,
sheiLA,,
aku menyadari,,betapa susahnya
mana yang harus engkau pilih,,,
aku atau dia,,
mengapa kita harus bertemu
sHeiLA,,,,

Minggu, 23 Agustus 2009

MahLigai KasiH, , ^_^

didalam kesunyian,,kurasa gelombangnya
menyintaimu,,satu kewajiban
tapi tak terluap dengan kenyataan
ketika fajar menyingsing
kusentuh sinar kasih
dari matamu
dekat dan terasing
aku menanti singkapan tabir cinta
aku menanti saat menjadi nyata
kesunyian ini terlalu indah
walaupun pahit untuk menyelam
walaupun pedih sanggup kutahan dan kurelakannya
puteri di pintu Mahligai
kulihat kasihmu melambai, ,
walaupun jauh,,tapi jelas
jiwaku menyentuh juwamu,,
puteri dipintu mahligai
nyatakan semua impian
sambutlah tangan, ,
sambutlah,,semoga terlepas
semua siksaan,,,,

TeraTas namamu

namamu teratas,,indah bercahaya Laila,,,,
menerangi ruang hati bersama makna mimpi
kesucianmu,,kembalikan semangatku,,,
mendamping cintaku yang lalu
harum tubuhmu mengulirkan indraku
mengiriskan aroma ditaman itu,,,,
dan gerbang rambutmu,,ditaman sang bayu
melamarku lagi,,,,
meninggalkan penjaraku,,,,,,,,,
yang kudirikan,,,,
kau lindungi
diri yang terjalan
diiris dunia kejam,,,,
hanya namamu laila,,,
kekasihku,,,,LaiLa,,,,,
hanya namamu,,,LaiLa
memain dijiwa,,,,,

coSPLAY,,,

Sabtu, 22 Agustus 2009

InikaH namanYa cinta, ,(LAGU)

Saat kujumpa dirinya di suatu suasana
Terasa getaran dalam dada
Kucoba mendekatinya kutatap dirinya
Oh dia sungguh mempesona

Ingin daku menyapanya menyapa dirinya
Bercanda tawa dengan dirinya
Namun apa yang kurasa..Aku tak kuasa
Aku tak tau harus berkata apa

Inikah namanya cinta...Inikah cinta
Cinta pada jumpa pertama
Inikah rasanya cinta...Inikah cinta

Terasa bahagia saat jumpa dengan dirinya
Kujumpa dia berikutnya suasana berbeda
Getaran itu masih ada aku dekati dirinya
Kutatap wajahnya Oh dia tetap mempesona

Rindu terasa di kala diri ini ingin jumpa
Ingin s'lalu bersama
Bersama dalam segala suasana

NEVeR Say GOOd bYE,,,,(LAGU)

As I sit in this smokey room
The night about to end
I pass my time with strangers
But this bottle's my only friend

Remember when we used to park
On Butler Street out in the dark
Remember when we lost the keys
And you lost more than that in my backseat ..baby

Remember when we used to talk
About busting out - we'd break their hearts
Together - forever

Never say goodbye, never say goodbye
You and me and my old friends
Hoping it would never end
say goodbye, never say goodbye
Holdin' on - we got to try
Holdin' on to never say goodbye

Remember days of skipping school
Racing cars and being cool
With a six pack and the radio
We didn't need no place to go

Remember at the prom that night
You and me we had a fight
But the band they played our favorite song
And I held you in my arms so strong

We danced so close We danced so slow
And I swore I'd never let you go
Together - forever

Never say goodbye, never say goodbye
You and me and my old friends
Hoping it would never end
say goodbye, never say goodbye
Holdin' on - we got to try
Holdin' on to never say goodbye

I guess you'd say we used to talk
About busting out We'd break their hearts
Together - forever

KOkoRo ToMo, ,(LAGU)

KOKORO NOTOMO
Mayumi Itsuwa

Anata kara kurushi mi o
Ubaeta sono toki
Watashi ni mo ikite yuku Yuki ga waite kuru

Anata to deau made wa
Kodoku na sasurai bito
Sono te no nuku mori o kanji sasete

Ai wa itsumo rarabai
Tabini tsukareta toki
Tada kokoro no tomo to
Watashi o yonde

Shinji ai kokoro sae
Dokoka ni wasurete
Hito wa naze sugita hino
Shiawase o ikakeru

Shizuka ni mabuta tojite
Kokoro no doa o hiraki
Watashi o tsukandara namida fuite

Ai wa itsumo rarabai
Anata to yowai toki
Tada kokoro no tomoto
Watashi o yonde

MARHABAN YA RAMADHAN, , ,

setahuN kita menjalani hari-hari dengan suka dan duka, ,
lalui dengan tangis dan tawa
tak luput juga dengan perasaan bersalah,,,
namun,,,,setahun ini kita bertemu dg bulan yang penuh ampunan,,
bulan nan Suci dan PenUH barakah,,,
dan Janganlah kau sia-siakan,,,

RindU untuk Papa Dan RenDi, ,

Perutku mulas, sakit sekali. Berkali-kali aku berteriak dan menangis. Kupegang perutku yang besar. Kutarik-tarik selimutku. Kugigit bibir bawahku. Oh… tak kuasa kutahan rasa sakit ini. Walau begitu, aku tetap berusaha melahirkan secara normal. Aku ingin anak pertamaku lahir dengan selamat.
Aku bersyukur suamiku selalu setia menemaniku. Kupegang tanganya dengan erat. Dia lalu mengecup keningku. Persalinan akan segera berjalan. Dokter dan perawat yang menanganiku sibuk mempersiapkan peralatan bersalin.
Rasa sakit ini terus timbul, kemudian hilang lalu timbul lagi. Ah… sakit Mas! Aku menangis kecil.
Jam di dinding ruangan menunjukkan pukul delapan malam, itu adalah waktu di mana anakku yang pertama lahir. Dokter mencatatnya sebagai catatan untuk akte kelahiran anakku.
Ku lihat bayi mungil di sampingku. Laki-laki yang akan menjaga ibu dan ayahnya kelak. Tampan seperti ayahnya. Suamiku lalu adzan di kuping kecil anakku dengan perlahan.
“Kuberi nama anakku dengan Rendi,” ucap suamiku padaku sambil menggendongnya di sampingku.
Aku tersenyum kecil, menatap kedua belahan jiwaku, suami dan anakku yang baru saja merasakan nafas dunia.

* * *

Waktu terus berjalan. Anakku sudah menyelesaikan S1-nya di salah satu Universitas Jakarta. Tak terasa batin seorang ibu menjiwa di ragaku. Betapa bahagia hati seorang ibu melihat anaknya sukses. Oh, Tuhan… entah kata-kata apa yang ku ucapkan selain ku panjatkan puji syukur kehadirat-Mu, Tuhan.
“Ma, besok aku dan teman-teman kampus akan mengadakan perpisahan, jadi besok aku harus pergi.”
Pikiranku tersadar ketika anakku berbicara dengan senangnya.
“Kamu mau pergi kemana Sayang?” ucapku sambil membelai rambut hitamnya yang lebat.
“Ke Puncak.”
“Nginep…?”
“Ya…, cuma lima hari, Ma.”
“Kamu sudah izin sama Papamu belum?”
“Kata Papa sih, boleh.”
“Ehm…, kamu nih bisa saja deh bikin Mama dan Papa khawatir,” ledekku.
“Mama cantik lho, klo kaya gini…,” ledeknya dengan pujian padaku.
“Ehm…, buat Mama ge-er tuch….”
* * *

Esok hari….
Aku lihat anakku sedang membereskan pakaiannya ke dalam koper. Hari ini dia akan berangkat ke Puncak bersama teman-temannya. Berat rasa untuk membiarkan dia jauh dariku. Aku ibunya, yang punya perasaan sedih bila ditinggal seorang anak apalagi dia anak satu-satunya. Pikiranku terbuyar ketika suara telepon berdering.
“Halo, Ma. Papa hari ini mendadak rapat di Malaysia, urusan bisnis yang harus papa selesaikan.”
Kudengar suara suamiku di telepon dengan nada terburu-buru.
“Papa sama siapa perginya?”
“Sama klien, Ma.”
“Berapa hari…?” tanyaku dengan sedih.
“Cuma seminggu kok, Mama tenang saja. Papa pasti cepat kembali, Mama jangan sedih gitu dong…,” ujarnya manja.
Entah mengapa hati kecil ini tak merelakan dua orang yang kusayangi pergi. Ah, mungkin ini hanya perasaanku saja. Tapi hati ini tak tenang. Aku merasakan sesuatu yang aneh. Seperti dapat wangsit saja…! Ah, lupakan! Aku harus tetap tersenyum.
“Hati-hati ya, sayang…, jangan lupa kasih kabar sesampaimu di sana,” kataku penuh kekhawatiran pada suamiku.
Akhirnya kata-kata itu sebagai penutup pembicaraan lewat telepon.
“Ma! Aku berangkat!” Sambil mencium kedua pipiku dan tanganku. “Rendi sayang Mama. Daag!”
“Hati-hati sayang…, jaga dirimu di sana. Mama selalu mendoakanmu.”
Lambaian tangan memberi isyarat ketika anakku sudah berangkat dengan mobil yang dia kendarai.
Satu hari di rumah tanpa keceriaan keluargaku, sedang apa mereka? Aku ingin menelepon, lalu kutelepon. Ah nada handphone anakku tidak bisa terhubungi. Lalu kutelepon suamiku, ia pun sedang sibuk meeting. Bagaimana kulepas kerinduanku untuk mereka? Ingin kudengar suaranya.
Hari kedua sejak suami dan anakku pergi, aku merasa pusing. Mungkin aku sedang tidak enak badan, aku istirahat sejenak. Kutunggu kabar dari mereka, tapi tak ada. Tapi tiba-tiba….
Suara telepon dalam pesan suara.
“Ma, gimana kabarnya? Papa kangen sama Mama dan Rendi. Beberapa hari lagi Papa pulang. Sabar ya, Ma. Nanti….” Beberapa kata kudengar. Ya..., hanya pesan Suara yang kudapat. Aku tak kuasa ingin memeluk suamiku dan anakku. Walau anakku dan sumiku beberapa hari lagi akan pulang, batinku berkata bahwa aku mungkin tidak akan bisa lagi memeluk mereka berdua.
Beberapa hari kemudian…
Pesan suara di telepon itu terdengar kembali.
“Ma, hari ini Papa pulang cepat. Bisnis Papa cepat terselesaikan. Jadi, Papa bisa ketemu Mama dan Rendi hari ini. Tunggu Papa di rumah ya, Ma.”
Kudengar berita itu dan begitu senangnya suamiku akan kembali.
Suara bel rumah pun berbunyi. Berkali-kali.
“Assalamualaikum…, Ma, Ma, Rendi pulang, Ma!” sambil berlari membuka pintu.
Tak lama kemudian suamiku datang.
“Ren, Papa pulang,” sambil memeluknya.
“Oh ya, Pa. Mama kok nggak ada sih?”
“Ah, masa… mungkin lagi di kamarnya.”
Aku melihat anak dan suamiku datang, aku pun mendengar pembicaraan mereka. Tapi aku tidak bisa memeluk mereka. Tidak bisa.…
Mereka mencariku ke setiap ruangan. Akhirnya mereka menemukanku tergeletak di lantai kamar mandi. Ada apa denganku? Makin lama tubuhku ringan. Jauh dari mereka. Aku lihat di bawah sana, anakku dan suamiku memelukku sambil menangis. Tapi aku tak dapat merasakannya….

21 November 2007

"No mOrE"

No..More,,,,,
no More,,,,
No...More,,,,
just iT,,,,
enough ,,,,,,
I wanna go,,,,,
from dark live,,,,,

MungKin BerAKhir Indah, , ,

Semenjak lulus SMA, saat itu usiaku delapan belas tahun, sikapku semakin tidak karuan. Apalagi ketika aku melanjutkan di bangku kuliah, ada saja perbuatanku yang tidak disukai oleh kaum hawa. Teman-teman di kampus memberiku julukan Si Mulut Buaya. Maklumlah, di tempatku kuliah hanya aku saja yang paling banyak diminati oleh gadis-gadis di kampus. Aku sangat bangga bahkan menjadi angkuh karena ketampananku. Badanku tinggi dan berisi bahkan mulai berotot seperti Ade Rai. Aku juga punya harta yang tujuh turunan tak akan habis. Aku juga disegani oleh teman-teman bahkan dosen di sana. Ya, jelas saja. Aku ini anak seorang pejabat negara.
Namun, ada satu gadis yang menurutku dia biasa saja. Kadang-kadang terlihat manis. Dia sangat membuatku kesal. Dia pernah menantangku dan tak ada rasa takut melawanku. Oh… mau cari mati dia! Pikirku menantang.
Namanya, Linda. Dia perantau dari Bangka. Tidak cantik, tetapi cukup berani. Linda teman sekelasku. Dari semester satu sampai semester delapan saat ini, aku masih sekelas bersamanya. Kami selalu saja tidak pernah akur. Perdebatan sering terjadi. Tidak ada kata titik. Selalu saja tidak ada akhirnya. Sama-sama keras kepala.
Di kelas, aku dan Linda disebut sebagai Tom and Jerry. Seperti tikus dan kucing saja tiap hari bertengkar. Di suatu hari, entah hari apa, aku tak mendapat Linda masuk kelas. Mungkin dia tidak masuk hari ini. Dia sakit? Dia bolos? Dia mendapat hukuman? Ah… pertanyaan ini sering kali terlintas dalam benakku. Mengapa aku begitu khawatir?
Begitulah diriku, tidak mau menyadari kalau aku….

* * *

Di lain hari….
Linda berhasil menjadi ketua kelas. Aku menjadi sangat benci padanya. Aku kalah! Ah, itu tidak akan terjadi. Urusan sepele melawan dia! Dengan jurus bualanku, dia pasti akan tertarik padaku, dan akan masuk dalam perangkapku. Perangkap tikus! Kataku dalam hati.
Wanita mana yang tidak akan tertarik padaku. Punya mobil kelas dunia yang hanya satu di Indonesia, wajahku tampan lebih dari seorang pangeran Inggris. Pikirku membanggakan diri.
Sewaktu masih semester satu, aku pernah berpacaran dengan Lisa. Dia seorang model majalah terkenal. Cantik. Anak orang kaya. Berpenampilan menarik. Kemudian, aku putuskan hubungan dengannnya, hanya sebulan kita pacaran. Dia masih sakit hati sampai sekarang.
Lalu aku pacari lagi anak seorang angkatan darat. Namanya, Mona. Cantik dan feminin. Lagi-lagi aku memutuskan hubungan. Hanya sebulan pacaran. Kemudian, Shinta, seorang artis terkenal di Indonesia. Muda dan anggun. Aku pacari juga. Ya…, hanya sebulan kita pacaran!
Lisa, Mona, Shinta, dan masih banyak lagi, mugkin sudah puluhan. Mereka adalah mantan pacarku di kampus, atau bisa disebut korban cintaku. Sakit hati. Wajarlah, hanya sebulan aku berhubungan kemudian aku putuskan! Selesai! Ungkap diriku dalam hati.
Hanya dengan modal tampang keren dan ganteng. Bawa mobil pribadi, dan punya uang yang banyak, gadis-gadis di kampus berbondong mendaftarkan diri menjadi pacarku. Bahkan tidak hanya di kampus saja, di luar kampus juga banyak. Bukan salahku! Itu pilihan mereka!
Kupacari teman wanita di kampus, lalu kuputuskan. Kupacari lagi wanita lain di luar kampus kemudian kuputuskan., begitu seterusnya.
Tidak sedikit mantan pacarku yang sakit hati. Ada yang mencoba membunuhku, menamparku, bahkan melaporkan aku ke kantor polisi karena aku dianggap telah berbuat tidak senonoh terhadapnya. Ah… ada-ada saja! Ketus hatiku.
“Sudah cukup kamu menyakiti hati mereka! Apa belum puas juga kamu!” Linda menggertak.
Tersentak aku kaget dari lamunanku yang membuatku merasa bangga ketika aku sedang bersantai di bangku kantin. Orang-orang di kantin juga memperhatikan Linda termasuk aku.
“He! Ngapain juga kamu ikut campur urusanku?”
“Aku tahu kamu tampan, ganteng, kaya, dan punya segalanya. Tapi hatimu busuk!”
“Apa kamu bilang? Enak saja kamu menghina aku!” aku marah sambil bertolak pinggang.
“Itu kata-kata yang pantas kamu terima!
Linda kemudian pergi dengan wajah sinisnya.
“Uh…, dasar perempuan aneh!”
Mengapa Linda berkata kasar seperti itu? Apa aku punya salah padanya? Ya… sudahlah! Lalu aku pergi meninggalkan kantin di belakang kampusku, karena malu dipermalukan di depan teman-temanku.
Namun, aku juga tidak terima penghinaannya. Betul-betul keterlaluan!
“Sialan tuh anak, awas kalau bertemu nanti! Aku akan membalasnya!” sambil melotot menahan marah dan kesal.
Akhirnya, dengan perasaan penuh kesal aku tancap gas motorku dengan kencang. Menuju rumahku. Lampu merah aku terobos. Untung tidak ada polisi. Namun, di pinggir jalan kulihat Linda barjalan kaki sendiri. Entah mau kemana. Ah… kesempatanku memberi pelajaran padanya! Bisikku penuh emosi.
Baru akan meminggirkan motorku ke trotoar, tiba-tiba mobil dari belakang menabrakku dengan kencang. Brak!! Suaranya seperti barang yang terjatuh dari lantai enam. Apa aku akan mati?
Aku melihat ada taman yang indah dipenuhi bunga-bunga berwarna-warni. Kulihat banyak kerumunan orang memakai baju putih tanpa lengan. Kulihat juga di sekeliling taman ada beberapa gadis cantik yang kukenal. Itu seperti, Lola, Anna, Firda, dan Sonia. Bukankah mereka sudah meninggal secara tragis karena bunuh diri? Ya… sejak aku putuskan tali cinta yang waktu itu terbina. Sejahat itukah diriku? Hingga membiarkan hati mereka hancur sampai mati.
Mereka berempat tersenyum padaku. Mereka membawaku berkeliling taman. Hingga mereka menunjukkan sesuatu berupa cahaya putih menyilaukan. Aku mendekati. Kulihat ke bawah, dan betapa kagetnya aku. Kulihat seorang pria terkapar di ruang operasi dengan tubuh penuh jahitan. Masih basah. Hidungnya terpasang selang oksigen, kaki dan tangannya diperban. Oh… itu diriku! Kulihat di sampingnya ada seorang gadis yang kukenal. Itu Linda! Aku memanggil-manggil namanya beberapa kali. Dia tak mendengar. Aku pasrah. Aku juga ingin meminta maaf karena diam-diam aku benar-benar jatuh cinta padanya. Ketika pertama masuk di bangku kuliah, semester satu. Aku memang sudah curi-curi pandang dirinya. Walau banyak gadis cantik, aku tak menaruh perasaan. Jantungku berdebar-debar. Dag-Dig-Dug. Sangat terasa menembus aliran darahku.
Saat itu, aku mencintai seorang gadis untuk pertama kalinya.
Namun, dia tak menyambut cintaku. Ataukah memang dia tak mengerti apa yang kurasa? Karena itulah aku jadi galau. Hatiku ingin melampiaskan rasa sakit hatiku kepada semua gadis-gadis yang ada di kampus.
“Maafkan aku, Lola…,” aku memelas. “Maafkan aku, Anna, maafkan aku, Firda…,” desahku lirih. “Maafkan aku, pula Sonia,” aku menangis.
Tiba-tiba mereka membawaku lagi ke tempat yang penuh dengan cahaya putih berkilauan. Mereka mendorongku.
“Maafkan aku, Damar. Sejujurnya aku sangat menyayangimu. Namun, aku sadar bahwa aku bukan siapa-siapa di matamu. Aku hanyalah gadis kampung yang liar. Tidak sepadan denganmu yang tampan dan kaya. Maafkan pula kata-kataku tadi siang…,” Linda menangis memegang tanganku, lalu mencium keningku.
Aku mendengar kata-katanya serta aku merasakan kecupannya yang begitu penuh kasih sayang.
“Ah…,” mulutku seolah ingin berkata.
Aku tidak bisa membuka mataku. Tubuhku sakit semua. Hancur dan retak seperti tertindih pohon besar.
Tiada berdaya kudengar isak tangis orang yang kusayang. Linda…. Maafkan aku. Hatiku memendam rasa bersalah. Kucoba membuka mata ini. Aku berhasil membuka mata ini. Kulihat Linda di sampingku sambil memegang tanganku. Air matanya mengalir terus- menerus.
Aku mencoba berkata-kata walau sungguh sakit.
“Ma…, ma…,” kata-kataku terpotong-potong. “Ma… af…, maafkan…, aku…,” ucapku terbata-bata. “Aku…, mencintaimu!”
Kali ini air mata Linda mengalir lebih deras. Ia menangis. Aku pun menangis.
“Aku juga mencintaimu dan aku akan menjagamu dengan kasih sayangku…,” balas Linda terisak-isak.
“Terima…, kasih…,” aku memejamkan mata.
Tiba-tiba tubuhku melayang ke udara. Kulihat Linda menangis histeris. Keluargaku baru datang. Sudah terlambat!
Kini, aku ditemani oleh empat orang bidadari. Lola, Anna, Firda, dan Sonia. Mereka menemaniku di sini. Di tempat seharusnya aku berada….

21 November 2007

LutuNa, , , ^_^

agsts 2008
waktu itu,,,rombongan manajemen aditya G. diundang olh ketua DPRD kota Buntok,,,tuk acara adat Suku pataz,,,mei jg ikut menjadi salah satu bag.tuk menghibur warga Pataz,Kaltim.
aku,handika,mba Leli(kondang In),rozzy(bintang iklan),mas aditya( pemain film),pak Gede (selaku yg py acara),mas Arul (Power metal),mas hani dan mba ririn (astrada film) semua naik pggung. tau gak,,,,panggungnya ga ky yg dibayangkan,,,tp sederhana aja,,,,bawah pggung pake drum,,,ditata rapih,,alasnya pake triplek tebal,,,,pk karpet jg^_^ . trs atasnya pk terpal biru,,,,,wow,,,,,,,,,,!! beda ma dJKT.pake pggung gede2an.....!
cm,,,antusias masyarakat kota pataz keren bgt....kt hibur mereka dg suka cita,,,kereN abiZ deh!!
kt dikawal Oleh byk POlisi dan semua Kru anggota DPRD.

Mlm sebelum pentaz
kt diundang digedung DPRD Buntuk di sana kt disajikan dg makanan khas sana. dah geto,, kt disambut dg tari2an kaltim,,,wow,,luar biasa bgt..sederhana acarana tp MERIAH!,,,

setelah acara hiburan panggung selesai,,,,di Pataz
kt jln2 kedanau melawen,,,ma barito liat sunshet,,,widih,,,KEREN ABIZ,,,,!!
makan ikan bakar dipinggir barito,,,,aih,,,,,aih,,,enak tenan,,,,,,
inun habar org kaltim???hehehhehe
dah gitu,,,kt jln2 keberbagai tempat dikaltim,,,

hari keempat dikaltim,,,,
kt makan malam dg ketua Anggota DPRD,dan beberapa staffnya,,,
ditempat ikan bakar dipinggir sungai barito
,,,,sewaktu dlm perjalanan ke tmpat makan,,,aku tuh bercanda mulu ma si Dika,,
main jambak2an,,,cubit2an,,ampe ceng cengan
didalam mobil yang kita tumpangi,,,,bersama kawan2
...to be continue,,

MemORi, , ,

27/07/02
> cahaya hati takkan pernah terlihat oleh mata, , ,
begitu pula orang yang sedang jatuh cinta
tak kan pernah diketahui oleh kita, ,
walau pun bisa,,,hanya Tuhan yang tahu, ,

> pangeran impian
harapan yang kuimpikan adalah melihat dirimu
engkau slalu didekatku
membelai rambutku, ,
penuh mesra, ,
karena pangeran impian menjadi pujaanku

25/02/04
CINTA,,,

kubuka mata dan hati ini
dalam kerinduan
dalam kesepianku,,
hanya rasa terpaku dalam impian

saat kututup mata
bayanganmu yang hadir
saat kuterdiam,,yang ada hanya bayanganmu jua

namun,kutak mau perduli
sedih dan sepi kusendiri
enggan memaksa cinta
yang tak kumiliki
tapi aku tetap percaya,,
kau akan menjadi milikku,,
tuk selamanya,,,,

25/05/04
RESAH

Gelisah kumenanti, ,
resah kumiliki, ,
tiada jawaban yang tak pasti
terakhir kali di hati ini

sunyi,,sepi,,
tiada kawan menemani
terlanjur kumencintai
walau sakit di hati ini

pergilah keresahan!
jangan kembali lagi,,,
kusudah melupakan
kejadian yang salah pada dirimu
kelam menghampiri hati
hitam menutupi mata
cinta tak kumiliki
rindu takkan lagi kurasa,,,

19/05/03
aku merasa cinta ini ada,yang membuat hati ini berdebar, , ,

20/05/03
perasaan cinta ini semakin hebat,,
aku tak dapat menahannya di dalam hati
rasanya ingin kubuka rahasia ini, , ,



Jumat, 21 Agustus 2009

Tau,,kah kamu,,,

lagu Tipe-X
sakit hati,,,bikin sakit hati
semua ini terjadi berkali-kali,,,
nah,itu ,,,,sama kaya yg gue rasain,,,,,!

hancur hatiku,,,mengenang dikau,,
menjadi keping2,,setelah kau pergi,,,
YUKS,,,,,itu lagu gue bgt,,,!!!!!
hancur hati gueee,,,,

aku bukan,,wonder womenmu,,,,,
yg bisa,,terus bertahan,,,!!
ya,,hati ini tidak mampu bertahan,,,,,,

kAMis KElaBU, , ,

BUKAN HANYA SEORANG YG MENGENAL CINTA
BUKAN PULA MELEPAS DERITA,,,
DIRI INI SAYANG,,,,
BUKAN HANYA SEKEDAR MENGHIBUR
BUKAN PULA MELEPAS RINDU,,,
DIRI INI SAYANG,,,,,
SAKIT HATIKU,,,,,,KAU BUAT BEGINI,,,,,
KAU DATANG DAN PERGI,,,
LALU KAU KEMBALI LAGI,,,,
TEGANYA DIKAU,,,,TEGANYA DIKAU,,,,
KEPADAKU,,,,
AKU DIAM,,,DAN DIAM,,,,MELIHAT SITUASI
INI NYATA
ADANYA
DAN AKU BENCI INI,,,
BENCI KARNA KEADAAN,,,,
BENCI KARNA SESUATU,,
DAN AKU TERTAWA,,,,LALU TERDIAM,,KEMUDIAN MENANGIS,,,,,
MENYESAL??
OH,,TENTU TIDAK,,,,,
KARNA TUHAN MAHA ADIL,,,
SEADIL ADILNYA,,,,,,,^_^ KEEP SMILLE,,
KEEP ROCK ....!!

SaTU haRi,,saTu KaLi,,,,

satu kali,,,aku bertemu,,,
satu hari aku bermanja,,,
satu kali,,,aku disampingmu,,
satu hari,,ada bersamamu,,,

satu hari kali 24 jam,,,tiada sampai,,,
mungkin berganti menjadi mimpi,,,
hati terus memanggil nama
yang hanya satu kali aku ucapkan ,,kata sayang,,,
namun tiada lagi,,,,
satu kali 24 jam,,,indah bersamamu,,
jadi kenyataan namun tak sampai,,,
sedih kurasa,,tapi harus kuat kujalani,,,
tiada lagi kata mesra yang kudengar,,
tiada lagi sentuhan kecupan sayangmu,,,
tak kan lagi kurasa hangat pelukanmu,,
tak kan lagi kurasa sentuhan lembut jemarimu,,
kini,,,hanya berteman sepi
kucoba merenungi,,
tentang jalan hidupku,,,
satu kali 24 jam,,walau tak sampai,,,tetap mnjadi kenangan terindah dlm hidupku,,,,
sehari,,,,rasanya bagai sewindu kumengenalmu,,,
tetaplah menjadi matahariku,,,tetaplah menjadi kekasihku,,,,,,walau sekejap mata,,,,

Pujaan HAtikU

dimana kan kucari,,,
saat cinta,,,bulan mekar bersemi
haruskah kutahu,,,
asam garam,,awal dari sebuah cinta,,,
bukan hanya mimpi,,,jadi khayalan
didalam dihidupmu,,

diujung malam sunyi,,kuterbayang,,,
kasih pujaan hatiku,,
darah kuberdesik,,bergejolak,,
aku mulai jatuh cinta,,,
tidur mulai tak nyenyak,,,,
hati merindu,,
wajah ku membayang,,,,,

bunga-bunga cinta mulai bersemi
bernyanyi di dalam jiwaku
kuingin rasakan
bahagia di hatiku,,
mimpi-mimpi indah bersamamu
jadi kenyataan hidup ini
kita manusia,,
sudah dituliskan
hidup berpasang-pasangan,,,,,

BalaDa seorang,,,,,,,,,

Setelah beberapa jam lamanya aku berada di dalam pesawat, akhirnya sampai juga aku di kota yang sangat aku dambakan ini. Kulihat bandaranya begitu luas seolah tiada yang menandingi. Dengan hati yang berdebar, aku lanjutkan langkah kakiku turun dari pesawat yang mengantarku dari Medan ke Jakarta. Di sinilah awal perjalanku dimulai. Aku seorang perantau yang sendiri tanpa didampingi keluarga atau teman yang kukenal. Di mana aku harus tinggal? Apa yang harus aku lakukan di sini…? Hatiku selalu bertanya dan bertanya setiap kali kaki ini melangkah. Entah harus bagaimana…, aku masih merasa asing di kota yang megah ini. Apalagi tidak satupun orang yang kukenal. Namun, tekadku untuk terus bertahan di Jakarta tetap kujalani. Hidupku masih ke sana ke mari mencari tempat tinggal. Kadang sehari pun aku tidak makan. Hidupku benar-benar susah. Mungkin ini cobaan dari Tuhan. Dari hari ke hari aku selalu mencari pekerjaan, dari satu tempat ke tempat lain. Tiada lelah. Harus berjuang! Itulah diriku saat itu.

* * *

“Dasar anak tidak tahu diri! Seharusnya kau bersyukur karena Pamanmu ini masih mau menampung kau. Orangtuamu sudah tidak mampu lagi memberi makan adik-adikmu! Apalagi ayah dan ibumu yang selalu menyusahkanku. Keluarga kalian hanya membawa bencana bagiku! Cepat sana, kau kerjakan lagi perkejaanmu,” bentak Paman Ben padaku sambil memukul punggungku dengan sebuah rotan.
Paman Ben adalah adik dari ibuku sendiri. Dia seorang mandor perkebunan milik salah satu pengusaha dari Jakarta. Namun, dia memiliki sifat kikir dan sombongnya yang sudah mendarah daging dalam dirinya. Aku memang tinggal di rumah paman, tapi aku tidak pernah menyusahkan keluarganya. Aku berusaha mengurus pekerjaan rumah, dari mencuci piring, mencuci pakaian, menyapu dan mengepel lantai sampai membersihkan kandang bebek milik paman.
Namun, kali ini aku dimarahi oleh paman karena tidak sengaja memecahkan piring kesayangannya ketika aku membereskan piring yang masih bertumpuk-tumpuk. Aku hanya bisa pasrah, lagipula paman sudah banyak membantu keluargaku. Tapi hati ini tidak mau menerima ucapan paman yang sudah menjelek-jelekkan keluargaku padahal masih saudaranya sendiri.
Semenjak kejadian itu, aku tidak mau lagi tinggal di rumah paman. Aku pergi dari rumah dan hanya secarik kertas yang aku tuliskan untuk ibu dan bapakku. Aku menitipkannya kepada salah satu sahabatku yang terbaik.

* * *

Sudah beberapa bulan aku menetap di Jakarta. Tepatnya di sebuah apartemen milik temanku. Namanya Andrew, dulunya seorang perantau juga dari Lampung. Walaupun baru kukenal, aku bisa merasakan dia orang yang baik dan mau hidup bersama dalam suka dan duka
Sampai suatu hari, dia mengajakku untuk menjadi pemain figuran sinetron. Aku tidak pernah tahu apa yang namanya casting. Andrewlah yang mengajariku banyak hal tentang dunia hiburan. Awal mulai aku menjadi pemain figuran sinetron sampai akhirnya aku mendapatkan dialog bersama pemeran utama, Andrew jugalah yang memberiku semangat. Dia menginginkan agar aku berhasil di Jakarta. Aku bercerita banyak tentang perjalanan hidupku yang penuh duka. Mungkin dari situlah dia selalu memberiku inspirasi.
Lambat laun, orang-orang banyak yang mengenalku sebagai artis pemain sinetron, hingga ada seorang manajer artis berniat akan membuatku lebih terkenal dari yang aku rasakan saat ini. Dia bernama Anton. Masih muda dan tampan, tetapi karirnya begitu sukses sebagai manajer artis. Aku tidak pernah berpikir takut untuk terus maju, walaupun aku tahu pasti banyak godaan yang terjadi. Aku membuat jadwal pertemuan dengannya besok siang jam setengah sebelas di salahsatu kafe terbesar di Jakarta.

* * *

Aku hanya duduk-duduk sambil melihat jam tanganku yang menunjukkan pukul sebelas siang. Sudah setengah jam aku menunggu kedatanggannya. Uh…, kenapa juga aku tidak sekalian minta nomor telepon genggamnya? Aku bergumam sambil sesekali menghisap rokok yang tinggal setengah itu.
“Maaf…, aku terlambat.”
Aku menengok ke belakang, dan ternyata itu Anton yang baru saja datang dengan kemeja merah yang dia kenakan. Begitu tampan dan gagah…. Duh, kok aku jadi salah tingkah begini. Kita kan sama-sama lelaki sejati. Pikirku gugup.
“Ah…, enggak apa-apa kok…, Cuma telat sedikit,” jawabku dengan memberikan senyum termanis untuknya.
Aku dan Anton akhirya membahas beberapa pembicaraan penting. Tentunya untuk kepentingan keartisanku agar lebih terkenal lagi. Sudah lebih dari dua jam aku dan dia saling berbicara, dan….
“Bagaimana kalau kamu ikut ke apartemenku? Supaya kita bisa lebih kenal satu sama lain,” ajak Anton merayu.
Tanpa aku berpikir panjang, kuanggukan kepala sebagai tanda setuju atas permintaannya. Akhirnya, kami berdua meninggalkan tempat itu menuju apartemen miliknya Setelah sampai tujuan, aku sempat beristirahat sejenak, sampai aku tertidur pulas di atas tempat tidur. Tanpa rasa curiga terhadapnya saat awal bertemu, aku tidak sedikit pun beranggapan aneh tentangnya. Namun, kali ini yang membuatku merasa tidak percaya adalah saat tubuhku disentuhnya ketika aku tertidur. Aku terbangun, aku menyingkir, aku….
“Kamu tidak perlu takut…, sejak pertama kali bertemu, aku sudah suka denganmu,” ungkapnya seperti orang sedang jatuh cinta.
Ya, ampun! Aku benar-benar tidak percaya…, seorang pria menyukai sesama jenis. Aku baru tersadar kalau aku berada dalam kehidupan nyata. Aku pun tidak bisa menolak bahkan tidak bisa menghindar darinya ketika dia mulai mencium rambutku, lalu sampai ke mata, dan mulailah dia mencium bibirku. Entah setan apa yang merasuk pikiranku, kenapa aku mau melakukan hal terlarang itu? Dan yang lebih parah lagi adalah ketika dia mulai memainkan alat kelaminku, sampai akhirnya nafsuku memuncak. Kami melakukan sesuatu yang membuat seperti melayang di awan. Nikmat! Indah! Ah…, membuatku menginginkan lagi dan lagi.
Dari awal itulah, lambat laun sudah menjadi virus yang menyebar dalam aliran darahku untuk menyukai sesama jenis. Saat itu aku sudah tidak berpikir akan dosa yang hina ini. Aku hanya berpikir, aku harus mendapatkan segala yang kuinginkan dengan jalan apapun.
Anton memberikan segala apapun yang kupinta. Dari mobil sampai rumah. Kehidupanku benar-benar berubah. Sampai suatu hari, ketika sedang berbelanja di salahsatu supermarket di Jakarta, aku tidak sengaja melihat wanita yang begitu anggun dan cantik Aku melihatnya tanpa berkedip sedikit pun. Aku benar-benar menyukai wanita muda itu. Kemudian, aku mengejarnya ketika dia akan pulang dengan kendaraan yang menjemputnya di parkiran mobil.
“Maaf…, mengganggu. Boleh aku berkenalan denganmu?” tanyaku sambil menarik nafas dalam-dalam aku begitu kaku dan mulai seperti patung ketika dia memberikan sebuah senyuman yang begitu manis padaku. Ah…, cantik sekali.
“Kenalkan, namaku Cherly,” sambil mengulurkan tangannya padaku.
“Namaku Tio.”
Sejak perkenalanku dengannya, aku menjadi tambah akrab. Aku juga sering mengajaknya jalan-jalan dan berbelanja. Maklum, uang belanja yang diberikan Anton untukku selalu aku pakai untuk Cherly. Aku benar-benar mencintai wanita muda nan anggun itu.
Sampai suatu hari, hubungan aku dan Cherly diketahui oleh Anton. Dia marah dan tanpa perlawanan, dia pun memukuliku sampai lebam di sekujur tubuh. Ternyata dia begitu cemburu padaku. Bahkan, dia mengancam akan membunuh cherly. Tidak! Aku tidak akan membiarkan dia menyentuh sedikitpun wanita yang kucintai. Sampai mati pun aku akan tetap melindunginya. Aku benar-benar baru mengetahui kalau berhubungan dengan sesama jenis lebih menyeramkan. utnuk sementara waktu, aku rela untuk tidak berkomunikasi dengan Cherly untuk mencegah hal yang tidak kuinginkan.
Beberapa hai kemudian, aku menerima sebuah kado besar. dibungkus dengan rapih dan dihisasi oleh pita-pita cantik. Aku begitu penasaran, karena tidak seorang pun tahu di mana aku tinggal kecuali Anton. Tapi…, mana mungkin Anton mengirim kado sebesar ini. Hampir seperti kardus berukuran besar. Akhirnya, tanpa berpikir apa pun, aku langsung membuka kado tersebut. Setelah membuka kertas kadonya, mulai membuka isinya. Ada sebungkus plastik hitam yang banyak bersimbah darah. Apa ini? Hatiku bertanya-tanya. Begitu takut, begitu khawatir, sampai-sampai tubuhku gemetar dan banyak mengeluarkan keringat. Entah apa isi dari plastik hitam tersebut, yang jelas aku benar-benar takut. Kemudian, perlahan aku membuka isi plastik itu, dan…. Ya, Tuhan! Itu adalah potongan kepala Cherly. Aku lemas tidak berdaya. Wanita yang kucintai itu sudah mati. Aku benar-benar menyesal atas perbuatanku, sehingga cintaku harus dibayar dengan nyawa….


28 November 2008

MalaM NaiNa di jakarta

Malam ini hujan turun lagi, sama seperti kemarin malam. Namun, hujan kali ini tampak berbeda, ehm…, aku menjadi teringat akan dia yang selalu mengusikku di setiap malam menjelang tidur. Bahkan setiap detik hembusan nafasku. Malam ini terasa amat berbeda, lebih sunyi dari biasanya. Hujan di luar terus mengguyur bumi ini, lagi dan lagi tanpa berhenti.
Oh Malam………biarkan semua tersimpan indah di dalam kesendirian yang kini kujalani. Entah…, malam ini aku merasa rindu akan dirinya. Aku jadi teringat ketika pertama kali kujumpa dengannya di sebuah desa yang belum pernah aku kunjungi.

* * *

Saat itu usiaku baru menginjak sepuluh tahun, masih terlalu polos bagiku menerima kenyataan bahwa harus pindah tempat tinggal di daerah Jawa Timur, sekaligus pindah sekolah. Aku tidak tahu, tidak mengerti apa yang telah terjadi kepada keluargaku sendiri. Padahal, yang kutahu adalah keluarga kami baik-baik saja. Tidak biasanya aku bertanya dalam keadaan marah kepada ayahku sendiri. Ya, aku benar-benar tidak terima kalau harus berpisah dengan keluarga dan teman-temanku yang lain di Jakarta.
“Kenapa sih, harus pindah segala ke sini? Naina kan ‘gak mau!” bentakku pada ayah yang saat itu masih duduk santai di depan rumah yang baru ditempati.
“Naina sayang…, kok bicaranya kasar sama ayah…. Ada apa sayang? Sini…, bicara baik-baik sama ayah,” sambil memegangi tangan kananku dan menarikku kepangkuannya.
“Ayah jahat! Ayah ‘gak sayang lagi sama Naina! Buktinya, ayah membiarkan Naina meninggalkan teman-teman Naina di sana,” ucapku sambil menangis.
“Naina sayang…, justru ayah sayang sama Naina. Makannya kita semua pindah ke sini. Di sini kan indah sekali tempatnya. Tidak ada polusi, tidak ada kebisingan lagi, dan kamu akan mendapatkan teman baru yang banyak. Dan satu lagi,” kata Ayah sambil memainkan matanya yang genit padaku.
“Apa itu, ayah?” tanyaku penasaran.
“Besok kamu akan mulai sekolah lagi di sekolahan yang baru.”
Aku menunduk, diam, lalu….
“Aku enggak mau sekolah!” aku melompat dari pangkuan ayah dan berlari menuju kamarku dan mengunci pintunya.
Ayah dan ibu selalu membujuk aku agar mau bersekolah. Namun, hatiku masih kecewa dengan keputusan ayah yang begitu mendadak. Tapi benar juga, sekeras-kerasnya batu pasti akan hancur juga. Begitu juga aku, sekeras-kerasnya hatiku, pasti akan luluh juga. Akhirnya, aku memutuskan untuk bersekolah..

* * *

Keesokkan harinya, ibu menyiapkan sarapan untuk bekal aku di sekolah. Sama seperti kebiasaan ibu sewaktu di Jakarta, tidak berubah. Hanya saja yang berubah adalah tempat tinggal kami, lingkungan yang baru, tetangga yang baru.
“Sudah cepat sana, nanti telat,” ucap Ibu padaku sambil perlahan mengecup keningku.
Lalu aku berangkat ke sekolah bersama ayah yang mengantarku dengan mobilnya yang sudah tua. Walau mobilnya itu kadang suka mogok, ayah tidak pernah mau menukarnya dengan mobil terbagus sekali pun. Ayah sangat menyayangi mobil istimewanya itu.
Sekolah baruku memang tidak jauh dari tempat tinggalku yang sekarang. Jadi, aku tidak perlu berlari-lari ketika datang terlambat ke sekolah. Aku jadi ingat waktu di Jakarta, aku selalu datang terlambat ke sekolah. Aku hanya tersenyum kecil ketika mengingat kenangan itu yang kembali hadir.
“Akhirnya, kita sampai juga,” ucap Ayah dengan senangnya.
Aku hanya terdiam, lalu kupandangi sekolah itu. Aku melihat banyak anak-anak bermain bersama dengan riangnya. Banyak juga pedagang menjualkan makanannya. Suasananya tampak berbeda!
“Ayah, pulang!” aku membentak ayahku untuk kedua kalinya.
“Kenapa pulang? Bukannya kamu yang mau untuk sekolah…,” tanya Ayahku yang begitu penasaran melihat tingkahku yang aneh.
“Pokoknya pulang! Masa sekolahan kaya gini.”
Ayahku hanya tersenyum, lalu tertawa.
“Naina, Naina. Namanya juga di desa bukan di kota. Kamu sekarang harus belajar untuk menjadi orang desa,” ungkap Ayah sambil memandangiku penuh kasih sayang.
Aku lalu merenungi apa yang telah diucapkan ayahku. Akhirnya, perlahan aku melangkahkan kakiku ke gerbang pintu masuk sekolah.
“Ayah tidak perlu mengantarku. Aku bisa sendiri. Percaya deh!” ucapku sambil memberikan jempol tangan kananku untuknya.
Ayahku hanya tersenyum, seolah bangga kepada anaknya. Itulah perasaanku terhadap ayahku.
Kemudian, anak-anak yang lain mulai memperhatikan langkahku. Mereka melihatku seolah ada yang aneh. Aku jadi malu dan mukaku mulai memerah.
“Hai, kamu anak baru yang dari kota itu, ya?”
Aku kaget, ternyata ada juga yang menyapaku, dan mau berkenalan denganku.
“Oh, iya. Betul!
“Namaku Dadan. Nama kamu siapa?” tanyanya dengan logat yang polos.
“Panggil aja aku Naina,” jawabku sambil tersenyum.
Lalu, mereka semua menghampiriku dan mulai memperkenalkan dirinya. Ternyata mereka baik dan ramah. Aku jadi semakin senang tinggal di sini.
Semakin hari, aku semakin akrab dengan mereka. Bahkan, aku sudah punya tiga orang sahabat. Namanya adalah Dadan, Ending, dan Sofiah. Mereka bertiga masing-masing mempunyai karakter yang berbeda. Dadan adalah anak yang cerdas dan pintar di sekolah, tinggal bersama neneknya. Dia anak yatim piatu. Kalau Ending, dia itu anak yang lucu dan pintar melawak. Badannya kurus dan rambutnya kribo. Pakai kacamata lagi. Di sekolah, dia mendapat julukan “si Harry Potter”. Nah, sedangkan sofiah itu, hobinya membaca buku pengetahuan. Cita-citanya ingin jadi ilmuan. Ya, ketiga sahabatku itu memang berbeda dari teman-teman yang lain. Aku sangat sayang dengan mereka.
Orangtuaku juga sangat senang aku bergaul dengan ketiga sahabatku. Mereka berdua memang orangtua sekaligus teman bagiku. Lagipula, aku adalah anak satu-satunya.
Dari ketiga sahabatku itu, hanya Dadan yang selalu memperhatikan aku. Dia selalu mengingatkan aku untuk tidak telat makan, tidak boleh meninggalkan sholat, dan harus sopan terhadap siapa pun. Juga ada satu hal yang sudah menjadi kebiasaanku, yaitu dinyanyikan lagu sebelum tidur oleh Dadan yang datang setiap pulul sembilan malam. Diam-diam mengetuk jendela kamarku, dan aku bukakan jendelanya. Mulailah dia bernyanyi.
“Naina, oh Naina…. Lelapkan tidurmu. Naina, oh Naina…. Pejamkan matamu…. Esokkan cerah, tidurlah tidur….esokkan cerah, jangan lupa berrdoa.”
Begitulah syair lagu yang selalu dia bawakan untukku sebelum aku tidur. Entah, lagu itu sudah menjadi kebiasannku untuk mendengarnya. Dadan memang pintar bernyanyi, suaranya juga sangat merdu. Tidak terasa juga, usiaku sudah delapan belas tahun, tapi lagu sebelum tidur itu pun masih terus dia nyanyikan untukku.

* * *

Entah kenapa, pagi ini ayah dan ibu begitu lain. Sepertinya ada sesuatu yang dirahasiakan dariku.
“Ibu, Ayah. Kenapa dari tadi aku perhatikan, kalian berdua senyum-senyum aja. Ada apa sih…?” tanyaku penasaran.
Ayah dan Ibu saling memandang, kemudian tersenyum.
“Sejak kamu masih SD dulu, Setiap malam selalu mendengarkan ada anak yang bernyanyi. Lagu dan suaranya indah. Sampai sekarang pun, Ayah dan Ibu juga masih mendengarnya. Sudah saatnya kamu jujur Naina sayang…, sebenarnya yang setiap malam menyanyikan lagu itu siapa…?” tanya Ayah dengan tersenyum padaku.
Aku tidak menyangka, ternyata dari dulu ayah dan ibu sudah tahu akan kejadian ini. Aku hanya terdiam, wajahku langsung memerah, dan seolah beku tidak bisa bergerak.
“Anu, ehm…, itu…, dia….”
“Dadan.”
Ibuku langsung menyahutnya dengan percaya diri. Padahal aku belum sempat berkata siapa orang itu, tapi ibuku sudah tahu.
“Tidak apa-apa sayang…, Ayah dan Ibumu juga senang kalau ternyata kamu menyukai seseorang. Dadan itu kan anak yang baik dari kecil,” kata Ayahku.
“Apaan sih, Yah! Ada-ada saja deh…. Memang benar, Dadan selalu menyanyikan lagu sebelum tidur. Tapi bukan berarti aku menyukainya,” ucapku tersipu. Aku tidak menyangka mereka menanyakan hal itu padaku. Namun, mereka benar adanya, aku memang menyukainya. Tapi aku tidak berucap jujur terhadap orangtuaku. Aku masih malu untuk mengungkapkan perasaanku pada mereka.
“Ya sudah, tidak apa-apa. Oh,Ya, Ayah pikir sebaiknya kamu melanjutkan belajarmu ke Perguruan Tinggi,” bujuk Ayah padaku.
“Maksud Ayah…, Naina harus kuliah?” tanyaku dengan perasaan ragu.
“Betul. Kamu harus kuliah lagi meneruskan belajarmu agar kelak dirimu menjadi orang yang berhasil. Ayah dan Ibumu selalu merestuimu kemana kamu akan bersekolah kembali, walau kami sangat mencemaskanmu setiap saat,” jawab ayah berwibawa.
Aku terdiam sejenak merenungi kata-kata Ayah, walau hati ini berat mengatakannya.
“Baiklah Ayah…, Naina siap untuk belajar kembali. Mungkin Naina akan melanjutkan kuliah ke Jakarta.”
Ayah dan Ibu kemudian tersenyum padaku. Aku melihat di mata mereka seperti berat untuk berpisah denganku. Namun, yang paling berat bagiku adalah berpisah dengan ketiga sahabatku termasuk dengan Dadan. Aku pasti akan rindu sekali dengan suara dan lagu yang dia nyanyikan sebelum tidur.
Seminggu kemudian, aku mempersiapkan keberangkatanku ke Jakarta. Aku melihat jam dinding menunjukan pukul delapan pagi. Aku siap-siap membawa keperluanku untuk di sana. Rasanya, hati ini akan menangis. Namun, aku harus merelakan jauh dari orangtuaku dan teman-temanku di sini. Aku jadi teringat, ketika dulu aku harus meninggalkan Jakarta, dan sekarang harus meninggalkan desa yang sudah membesarkanku. Ayah dan Ibu mengantarku ke Bandara. Kemudian, kedua sahabatku, Ending dan Sofiah juga datang menyusul. Aku senang sekali mereka datang. Namun, aku tidak melihat Dadan.
“Dadan mana…?” tanyaku dengan rasa kecewa.
Kedua temanku hanya saling menatap dan….
“Dadan tidak mau datang. Dia tidak rela harus kehilangan orang yang sangat dia cintai dan sayangi. Dadan sangat mencintaimu, Naina! Dia selalu curhat padaku,” jawab Sofiah penuh keharuan.
Perasaanku lemas dan seperti membeku mendengar penuturan Sofiah. Aku juga mencintaimu, Dadan! Aku juga tidak ingin berpisah denganmu. Aku benar-benar….
Pesawat yang akan mengantarku ke Jakarta sudah datang. Aku memeluk kedua orangtuaku dan juga kedua sahabatku. Airmataku tidak terasa mengalir membasahi pipiku. Aku juga melihat mereka menangis terutama ibuku. Aku kemudian memasuki pesawat itu, dan masih kulihat mereka di sana. Walau terhalang kaca, airmata mereka masih terlihat. Aku sangat menyesali mengapa Dadan tidak menemuiku? Akhirnya, pesawat ini lepas landas dan terbang ke angkasa yang biru. Dari kejauhan, lambaian tangan mereka terus dilepaskan untuk merelakan kepergianku. Kulihat juga seseorang berlari seperti berteriak kearahku, aku sepertinya mengenali sosok orang itu. Dadan! Ya, benar, itu Dadan! Dia datang, tapi sudah terlambat. Aku sudah pergi, aku sudah tidak di sana. Tidak di sampingmu, tidak lagi mendengarmu bernyanyi untukku.
Itulah saat terakhir kulihat mereka semua. Sudah empat tahun lebih aku tidak bertemu dengannya. Aku hanya berkirim berita melalui surat yang kukirim untuk orangtuaku sebulan sekali. Sekarang, aku sudah mendapat gelar Sarjana Pertanian. Orangtuaku sangat bangga padaku ketika kubaca suratnya yang dikirimnya untukku.
Petir dan kilat yang menggelegar, membuyar lamunanku yang melayang. Hujan di luar sana masih deras. Malam ini adalah malam Naina di Jakarta. Besok aku sudah bisa kembali bertemu dengan orangtuaku. Bertemu dengan teman-teman, juga ketiga sahabatku. Lalu…, bertemu dengan cinta pertamaku….

Bekasi, 21 Januari 2009

MirA

Sejak pertama kali melihat wanita tua itu sedang duduk di kursi deretan yang terletak di dalam stasiun kereta api, Kebumen, aku seperti melihat gadis cantik yang kukenal waktu di bangku SMA, empat puluh tahun silam. Wanita tua itu mungkin seusiaku saat ini. Ya… biarpun sudah tua aku tetap gagah seperti dulu. Hatiku berbangga diri.
Umurku sekarang lima puluh delapan tahun. Dapat dibayangkan, dari usiaku tentunya terlihat tua dengan rambut penuh uban, kulit yang keriput, dan… ah… lupakan saja. Tua-tua begini aku masih terlihat ganteng. Lihat saja wanita-wanita muda itu yang berjalan di depanku menatap penuh kekaguman. Hatiku berucap penuh percaya diri. Pikiranku buyar kembali ketika kereta api telah berhenti di stasiun ini. Bunyinya khas sekali dengan suara klakson seperti dentuman bom serta bunyi peluit petugas kereta api pun menghiasi suasana stasiun.
Sudah saatnya aku berangkat ke Jakarta, tiket yang kubeli akhirnya kuserahkan kepada penjaga pintu masuk gerbong kereta api. Kulihat pula beberapa orang berdesak-desakan memasuki gerbong kereta api. Ah… sudahlah, tak perlu aku menghiraukan mereka.
Kudapati kursi yang belum terisi. Kutempati dan kusenderkan bahu ini pada punggung kursi. Aku sengaja memilih tempat duduk yang dekat dengan jendela agar aku dapat melihat pemandangan ketika kereta sudah berjalan. Kulihat ke luar jendela, pedagang lalu-lalang turun naik gerbong untuk menjajakan dagangannya. Ada pula yang mereka tawarkan dagangannya lewat jendela.
“Pecel, pecel…, lontong pecel….,” teriak seorang ibu pedagang pecel.
“Keripik kentang…, kacang…, kacang…!” teriak salah satu pedagang di belakang Ibu itu.
Baik di dalam maupun di luar gerbong, pedagang bersahut-sahutan mempromosikan dagangannya. Ramai! Berisik! Mungkin itu sudah tradisi dari sebuah suasana kereta api.
“Permisi, Pak…,”
Oh… wanita tua itu lagi. Mengagetkan saja! Gerutuku dalam hati. Ternyata dia mau duduk di sebelahku. Tepatnya di samping kananku. Aku tak bisa menolak karena kursi yang lain telah terisi semua. Penuh! Kereta api pun akhirnya diberangkatkan. Suara seperti dentuman bom dan peluit itu terdengar dalam mengiringi keberangkatan kereta api.
Di hadapanku duduk dua orang bapak yang sudah sangat tua melebihi dari umurku mungkin. Hanya saja yang duduk tepat berhadapan denganku berbadan gemuk dan berkaca mata tebal, sedangkan yang berhadapan dengan wanita tua di sebelahku berbadan tinggi, kurus, tapi berwibawa.
Wanita tua itu dengan tenangnya bertanya kepada bapak yang duduk di hadapannya.
“Bapak mau ke Jakarta?”
“Iya, nengok cucu. Sudah lama Bapak ndak ke sana,” jawabnya dengan logat Jawa yang masih kental.
Percakapan mereka ternyata terus berlanjut sampai topik pembicaraan mereka sewaktu muda. Kudengar terus pembicaraan itu. Aku hanya diam membisu. Bapak yang di hadapanku sudah tertidur pulas.
Ah… ngantuk juga. Jadi ingin tidur. Pikirku. Walau sempat aku pejamkan mata, tapi aku selalu mendengar obrolan mereka yang semakin lama semakin serius.
“Ternyata Bapak adalah Kepala Sekolah SMAN X yang di Jakarta Pusat itu, ya? Kebetulan saya juga lulusan tahun 1967. Aku baru ingat, Bapak dulu pernah menghukum saya waktu saya kelas dua. Saya masih ingat kumis Bapak itu sampai sekarang,” ungkapnya dengan penuh kegembiraan.
Betapa kagetnya aku mendengar cerita dari dua orang tersebut.
“Ha-ha-ha…, kamu Mira, toh! Anak paling pintar dan cantik, tapi nakal,” jawabnya dengan tawa seorang yang berwibawa.
“Jadi Bapak masih ingat namaku? Empat puluh tahun sudah kita tidak bertemu,” tanyanya dengan penuh kagum.
“Bapak tidak lupa dengan lesung pipitmu yang masih melekat di antara senyum dan tawamu. Sampai sekarang pun masih terlihat. Cuma bedanya kamu sudah tua. Ha-ha-ha. Lagi pula siapa tidak kenal Mira. Siswa yang selalu buat pusing guru-guru di sekolah,” jelasnya sambil bercanda.
Aku jadi teringat, sosok gadis yang kucintai waktu itu. Ketika aku duduk di bangku SMA.

* * *

Pada hari Senin….
“Hei, Mir! Kamu terlambat lagi, ya?” tanyaku penasaran.
“Iya, padahal kan cuma terlambat tiga puluh menit. Masa aku di hukum! Disuruh membersihkan kamar mandi lagi!” jawabnya sambil mengeluh.
“Mira…, Mira…, tiga puluh menit itu bukan waktu yang sebentar. Pantaslah…, kamu terima hukuman itu. Lagi pula siapa yang suruh kamu terlambat?” ledekku dengan tertawa sekali-sekali.
“Kamu, bukannya membelaku, malah ngeledekkin,” dengan raut wajahnya yang cemberut.
“Duh…, kamu tambah cantik kalau cemberut…,” ledekku sekali lagi.
Akhirnya, dia pun menyerah juga. Tidak kuat menahan geli di pikirannnya. Kami berdua tertawa bersama.
Waktu terus berjalan….
Semakin hari hubungan kami berdua bertambah akrab. Itulah pertama kalinya aku jatuh cinta. Senyumnya tak pernah lepas dari bayanganku. Lesung pipitnya membuatnya tersenyum manis.

* * *

Tiba saatnya ujian kelulusan berlangsung.
Sudah lima bulan kami berpacaran, tapi semangat belajar kami tak pernah terlupakan. Belajar adalah hal utama yang harus kami lakukan demi cita-cita. Akhirnya, pengumuman akan kelulusan siswa di pasang di dinding sekolah. Semua siswa lulus. Semua sangat bahagia hari itu. Aku mendengar teman-teman akan melanjutkan ke bangku kuliah. Ada pula yang ingin bekerja. Sebagian ingin menikah, khususnya teman perempuan. Namun, aku juga berpikir akan kemana lagi setelah aku mendapat ijazah SMA? Bekerja? Ataukah kuliah?
“Mir, menurutmu apa yang terbaik untuk hidupku kelak?” tanyaku dengan keragu-raguan.
“Andai aku adalah dirimu, aku akan belajar terus sampai cita-citaku tercapai. Apalagi ekonomi keluargaku berkecukupan,” jawabnya penuh saran.
“Baiklah, aku akan melanjutkan program belajar ke perguruan tinggi,” jawabku santai.
“Lantas, perguruan tinggi mana yang kamu pilih dan jurusan apa?” tanyanya heran.
“Entahlah…, aku akan berbicara lebih dahulu dengan kedua orang tuaku. Mungkin aku akan memilih jalur hukum. Sepertinya aku akan belajar di Kota Yogyakarta.”
“Hebat. Aku bangga padamu, tapi…,” tampak sedih.
“Kenapa? Tapi apa? Kamu takut jauh dariku? Aku akan berusaha memberimu kabar. Mengirim surat bahkan aku akan berkunjung ke rumahmu.”
“Untuk berapa lama kamu di sana? Sesering mungkinkah kamu mengunjungiku? Atau bahkan tidak sesering kita bertemu seperti sekarang ini?” Jawabnya penuh kesal.
Itulah perdebatan terakhir aku dengan Mira. Akhirnya, berangkatlah aku ke Yogyakarta untuk melanjutkan belajarku ke perguruan tinggi di sana. Sejak kedatanganku di sana, aku memang sudah betah. Mudah juga dalam mencari teman. Merasa terhibur dan ada teman berdiskusi. Tidak hanya aku yang merantau, teman-teman dari luar kota bahkan dari luar negri juga banyak yang datang untuk belajar.
Namun, hatiku masih tetap mimikirkan Mira. Cinta pertamaku yang kutinggalkan di Jakarta. Mira memang tinggal bersama bibinya di Jakarta. Aku tidak tahu kehidupan yang sebenarnya dari seorang Mira. Yang aku tahu hanya Miralah yang telah mengisi hatiku saat ini. Pikiranku masih teringat akan senyumannya. Walaupun jauh, aku tetap berkirim surat padanya. Berkali-kali. Bahkan setiap bulannnya. Tidak satu pun surat yang terbalas. Setahun sudah aku kuliah. Hatiku penasaran karena tidak ada kabar dari Mira. Maklumlah, aku dan Mira juga tidak punya telepon saat itu. Jadi hanya dengan suratlah aku dapat memberinya kabar.
Akhirnya, saat libur semester tiba, aku pulang ke Jakarta dan mampir ke rumah Mira.



* * *

“Mbok ndak tahu, Mas…,” kata pembantu rumahnya menjelaskan. “Mbok hanya tahu kalau Non Mira tinggal bersama orang tuanya. Sudah pindah.”
“Mbok tahu, alamat atau nomor telepon yang bisa dihubungi?”
“Wah, Mbok benar-benar ndak tahu, Mas….”
“Benar-benar ndak tahu, Mbok?” tanyaku penasaran.
“Iya, Bapak dan Ibu juga ndak menitipkan alamat atau nomor telepon rumah yang baru sama Mbok.”
“Oh, ya sudah. Makasih Mbok.”
Sejak saat itu, aku dan Mira tidak pernah bertemu. Sampai saat ini, aku mengharapkan agar dapat bertemu dengannya. Walaupun sekarang aku laki-laki yang sudah tua dan memiliki lima orang anak serta sepuluh cucu, aku tetap mencintainya. Sedang apakah dia? Sudah menikahkah dia? Atau bahkan memiliki anak dan cucu lebih banyak dariku? Aku perlahan tersenyum….
Pikiranku buyar ketika wanita tua di sebelahku menyapa.
“Bapak tidak apa-apa?” tanyanya lembut dengan senyuman manis walau tampak keriput.
Ah… senyumannya mengingatkanku pada seseorang. Ya, Mira! Ungkapku dalam hati. Namun, pandangannya begitu mengherankan. Tampak sorotan matanya memperhatikan wajahku secara seksama. Ia seperti mengingat-ingat pikirannya pada seseorang.
“Darmawan!”
Aku kaget akan perkataannya menyebut namaku. Darahku mengalir deras. Jantungku berdetak kencang. Lemas tak berdaya. Apa mungkin wanita tua itu, Mira? Gadis yang kucintai dulu. Gadis yang membuatku patah hati juga….

21 November 2007

AngiN maLaM,,,,,,,

angin dilarut malam,,,
serta jernih cahya rembulan,,.,
mengantarkan seraut wajah,,
membayangi rinduku,,yang membuat,,
kugelisah,,,,

kutak tahu mengapa,,,
hati ini kian terpaut saja
padahal pertama berjumpa,,
hanyalah perkenalan,,
tanpa kata,,berlebihan,,,
meski kah kuingkari,,getar naluri
dan menjauhi isyarat cintanya
sungguh kini terasa,,,
kudamba dia,,,
ditengah sepi,,kesendirianKu,,,
inikah asmara,,,,,yang datang melanda jiwa ini,,,
menghadirkan keindahannya
dimimpi,,dan kenyataanku,,,,
^_^

KeSaL

berulang kali,,,,kucoba mengerti
namun kau tak pernah menyadari
walau akhirnya semua kan berlalu
hadapi kenyataan,,,
biarkan penuh duri,,
harus kuhadapi,,,,
tuk sejenak diri,,
lupakan problema,,
agar lepas dari segala prasangka
kucoba berlari ikuti langkahku,,
menyongsong matahari,,,
biarlah kan kutempuh,,jalani hidup sendiri
tanpa kau lagi,,
ingin kubuktikan,,semua
bahwa diri ini,,bukanlah sekedar,,BONEKA,, yang dapat
kau kan permainkan,,,,
kesalku kau dan dia
harapan hidup berdua ternyata sia-sia,,,
lebih baik putus saja,,dari pada tersiksa,,,,,,

AKu KAu dia

maafkan lah diriku ini,,,,
berpisahan yang ku ingini
sungguh kutahu sayang kau kepadaku
tapi semua,,,tak mungkin,,,
oh sayangku,, lupakan aku,,
apa jua kenangan lalu,,,
tiada kupinta jadi begini,,
oh,,kasih,,,,,,,,
pahamilah,,,,,
maafkanlah,,,,
maafkanlah diriku,,,
walau kau masih dihatiku,,
oh tinggalkan,,,
tinggalkan diriku,,,,
sayang,,,
maafkan diriku,,,
kutahu sakitnya hatiku,,,,
tapi percayalah kataku,,,
ku akan menemui teman yang baru,,,
yang kan lebih,,,,sayangiku,,,,

SePi sekUNTum MawaR

berulang kali kumencoba,,
membujug hati,,,lupakan semua,,kenangan,,,
namun mimpi bertemu lagi,,disaat engkau tiada disisi,,,,
kuberpegang pada janji tercipta antara kita dulu,,,
hilang mu tiada berganti,,
biarlah,,begini,,
keberlayar dilautan,,tidak bertepian,,
sesekali disegarkan,,,
ombak yg mendatang
aku seperti hilang,,
puncak harapan jua,,,,,
aku pusikan namamu,,bersama rindu
didalam sendu,,,,,

PediH

bukan kecewa,,,,dipinggirkan,,,,,,
aku kecewa,,,tiada kejujuran,,,,,,
bukan bersedih,,,disakiti,,,,,
teramat pedih diri,,dikhianati,,,,,
sebelum kasih,,,,,menjadi benci,,
aku memilih,,berpisah disini,,,,
bila tiada kesetiaan,,
tak mungkin teguh,,pendirian,,,,
biar menangis,,,,diketika ini,,
tidak rela mengemis,,,karna disadari
hilang kekasih,,,mungkin berganti
yang kuharapkan,,,,,teman sejati,,,,
sebelum kasih,,,menjadi benci,,,,
aku memilih,,,berpisah disini,,,,,

Rabu, 19 Agustus 2009

JaLan CinTA

air itu mengalir dalam arahnya,,,arah yang dituju untuk kehilir atau ke HUlu,,dan Ombak itu menerjang,,namun tetap air itu ada,,begitulah cinta,banyak rintangan,hambatan,cobaan,dan pengorbanan,,,namun tetap cinta itu ada,,dia kuat dan akan selamanya begitu,,tak kan ada yang dapat memisahkannya sebuah cinta dihati, tersimpan rapat,walaupun sampai mati,,,cinta bisa hilang dari jasadnya,tapi tidak untuk jiwanya,,,cinta datang bukan untuk sesaat,dia ada untuk kita,dia ada untuk alam semesta,dia akan selamanya ada.biarkan air itu mengalir sebagai mana mestinya dia tuju,,begitu pun cinta,,biarkan dia menuju cintanya di hati,,agar ada yang banyak mengerti arti cinta,arti yang sebenar-benarnya

BIRUNYA LANGIT

BIRUNYA LANGIT,,,SEBIRU HATI INI,,,,,YANG SELALU MENDAMBA DAN MENGHARAP,,,,,
BIARKAN AKU MEMBAWA KE DALAM PERASAAN,,YANG TIADA UJUNGNYA,,,
TIADA TEPINYA,,,
SEPINTAS LALU TERDENGAR BISIKAN :
"ADAKAH ENGKAU MERASAKAN APA YANG IA RASAKAN?"
lalu AKU PUN MENJAWAB :
"AKU TELAH MERASAKANNYA SEBELUM IA MERASAKAN CINTA DAN SAYANG INI."

dan,,,DATANGlah,,,,SESEORANG DARI KEJAUHAN,,,lalu BERKATA :
"dan AKU AKAN MEMBAWAMU DALAM HIDUPKU TUK SELAMANYA."
biarkan segala sesuatu berjalan apa yg kamu jalani,,,saat ini. walaupun kamu sesekali melihat sisi masa lalumu,,untuk membuat satu keputusan, agar kamu yakin, keputusan itu yg terbaik untukmu dimasa depan,,,gunakan segala sesuatu yg ada pada dirimu,,,jangan melihat hanya dari kekuranganmu saja. lihatlah kelebihanmu sendiri walaupun kamu hanya punya satu kelebihan,tapi itu sangat berharga dan akan merubah masa depanmu ke arah yang terbaik,,,,! jangan kamu sia-siakan segala sesuatu yang ada dalam dirimu sendiri. teruslah berjuang tuk hidupmu,,,!!

Selasa, 18 Agustus 2009

catatan Mei ArsHeLa

1.awal mula didunia entartaint,,awal 2005
2.pernah menjadi bintang tamu diberbagai tempat
3.pernah menjadi presenter berbagai acara event
lokasi yg pernah dilalui,,,,,(dari berbagai pelosok jawa barat,Jkt,karawang,purwakarta,cikampek,tasik,subang,kalimantan,kupang,dan berbagai pelosok daerah lainnya,,,)